Jumat, 17 Agustus 2012

Teknologi Pengolahan Pasca Panen & Suhu Rendah.

RIRIS TRI PURNAWATI  111710101024- B8


Teknologi Pengolahan Pasca Panen
            Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
1.      Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian
     pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.

2.      Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
     Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
     sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
     mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
     fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
     (sekitar 10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.

3.      Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
     kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah
      yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
      itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
      segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga berperan
      menutup luka yang terjadi pada saat panen.

4.       Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
       pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan
       untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.

5.      Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
       untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
       dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang
       terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
       desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
       disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
       simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
       pencucian dapat menunda kematangan.

6.      Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
       asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak dikehendaki. Persyaratan Cleaning sangat diperlukan guna menghindari segala resiko yang akan terjadi seperti Efisiensi tinggi mempermudah cepatnya proses pembersihan, pengambilan kontaminan sempurna sehingga mencegah terjadinya kontaminasi dari beberapa faktor seperti di atas. Cara dan peralatan sesuai dan memadai untuk menyediakan berbagai keperluan sehingga melancarkan proses tersebut. Aseptabilitas bahan tinggi yang menyortir kandungan bahan yang mengandung mikroba akibat kontaminasi yang menimbulkan mikotoksin. Kerusakan bahan kecil  ini terjadi karena berbagai faktor seperti suhu, lingkungan, gesekan dan kelisisan bahan.

7.      Sortasi dan Grading
Sortasi dan grading adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian dalam industri pengolahan makanan, tetapi sesungguhnya merupakan operasi yang berbeda.
Penyortiran adalah pemisahan berdasarkan properti terukur tunggal unit bahan baku, sedangkan grading adalah "penilaian kualitas keseluruhan makanan menggunakan nomor atribut .Grading produk segar juga dapat didefinisikan sebagai 'menyortir menurut kualitas ', seperti menyortir biasanya upgrade produk. Hampir semua produk makanan menjalani semacam operasi penyortiran.
v  Kriteria dan Metode Sorting
§  Sortasi dilakukan berdasarkan sifat fisik individu.
Berat biasanya metode yang paling tepat dari penyortiran, karena tidak tergantung pada geometri produk.
§  Kerugiannya pemilahan berat adalah waktu yang relatif lama yang dibutuhkan per unit; dan lainnya.
v  Grading
§  Grading adalah klasifikasi berdasarkan kualitas,selain itu juga dapat dilakukan dengan cara penyortiran warna yaitu dengan cara penyinaran menggunakan sinar inframerah dan gelombang mikro.
8.      Blansing
            Blansing adalah perlakuan panas ringan, tapi bukan merupakan metode pengawetan. Ini adalah perlakuan awal biasanya dilakukan antara persiapan dan pengolahan selanjutnya. . Blansing terdiri
dari memanaskan makanan dengan cepat ke suhu yang telah ditentukan, memegang untuk ditentukan waktu, maka baik pendinginan cepat atau lewat langsung dengan pengurusan berikutnya. Tujuan utama blansing yang sering untuk menonaktifkan enzim, yang tidak akan mengakibatkan penurunan kualitas dalam produk olahan. Sebagai contoh,
dengan makanan beku, kerusakan dapat terjadi selama penundaan sebelum
pengolahan, selama pembekuan, selama penyimpanan beku atau selama pencairan berikutnya.
            Blansing menyebabkan penghapusan gas dari jaringan tanaman, terutama antar gas. Hal ini sangat berguna sebelum pengalengan blansing membantu mencapai vacuo dalam wadah, mencegah perluasan udara selama pengolahan sehingga mengurangi ketegangan pada wadah dan risiko cacat kaleng dan / atau jahitan rusak.beberapa teknik yang ada dalam balnsing: Pengolahan Kondisi dan blansing Peralatan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk baik dari bahan baku itu sendiri ataupun dari faktor luar seperti kontaminasi mikroorganisme, baik organisme sendiri dan produk-produk beracun menyebabkan penurunan kualitas, serta masalah keamanan.
 Untuk menghindarinya banyak cara yang dilakukan yaitu penyimpanan. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi produk dari kerusakan akibat kontaminasi dan pembusukkan.
 Dari penyimpanan ini, faktor utama yang mengatur kualitas makanan yang tersimpan adalah suhu, uap air / kelembaban dan komposisi atmosfer. Bahan baku yang berbeda ini akan memberi tantangan yang berbeda.
 Metode utama yang digunakan dalam penyimpanan bahan baku seperti kontrol
suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer.
Sebelum proses pengolahan terlebih dahulu semua bahan makanan mentah dibersihkan tujuannya untuk menghindari kontaminasi.
SUHU RENDAH
·  Proses Suhu Rendah
1. Pembekuan adalah unit dalam operasi mengurangi suhu makanan. Dimana hal ini                 bertujuan untuk mengurangi jumlah kontaminan.
  1. Kerusakan makanan dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba  dimana mikroba tersebut dapat menurunkan kualitas  makanan, tentunya dengan merusak kandungan protein dan lemaknya
  2. Jenis mikroba yang tahan terhadap perlakuan suhu rendah diantaranya Thermoilik (35-55 C), ,Mesofilik (10- 40 C) , Dan Psikfilik (-5 – 15 C)
  3. Macam-macam Penyimpanan diantaranya penyimpanan dingin, penyimpanan beku dan Deep Chiling (-3 – 0 C).

·  Penyimpanan Dingin
            Penyimpanan dingin atau Suhu rendah dapat mengurangi aktivitas air sehingga mengurangi jumlah mikroba yang mengkontaminasi. Selain  itu suhu dingin dapat mengurangi produksi enzimatik dalam mikrobiologi. Daya simpan juga ditentukan oleh jenis bahan dimana lemak, protein juga karbohidrat disukai oleh mikroba. Pengontrolan yang hiegenis, metode pengemasan yang baik dan aman, suhu selama distribusi dan juga suhu penyimpanan. Sedangkan kerusakan pangan dipengaruhi oleh kualitas, racun, dan tekstur.

·  Perubahan Komponen Pangan
            Komponen penting yang terdapat pada makanan diantaranya karbohidrat, Protein, vitamin dan lemak.  karbohidrat dapat memecah gula menjadi asam dan gas. Sedangkan Protein  mengubah asam amino menjadi alkohol amoniak dan gas. Lemak dapat mengalami proses oksidase  dengan lemak menghasilkan  racun. Sedangkan vitamin dapat larut pada lemak yang teroksidasi.

·  Cara Penyimpanan Dingin
            Berikut adalah beberapa cara menyimpan pada suhu dingin adalah penyediaan bahan dan wadah yang bersih, terdapat sirkluasi udara yang cukup,  Sebaiknya suhu makanan yang didinginkan berada padsuhu 55 C, dan  dikombinasi dengan pengemasan.

·  Penyimpanan Beku
            Dalam hal penyimpanan beku makanan, terdapat beberapa komponen penting diantaranya penurunan jumlah mikroba, terjadinya aktivitas air (Aw) yang rendah, suhu lebih kecil titik beku, kristalisasi air dalam bahan pangan, perusakan mikroba dan cara pembekuan.

·  Mekanisme Pembekuan
            Dalam proses pembekuan terdapat beberapa mekanisme yang perlu dilakukan diantaranya penurunan keasaman, migrasi komponen kimia, permeabilitas sel hilang, pembekuan air ekstra seluler, migrasi air intraseluler sehingga terjadi dehirasi dan pengkerutan.

·  Macam Pembekuan
         Terdapat dua jenis pembekuan diantaranya pembekuan cepat dan pembekuan lambat. Pembekuan cepat ditandai dengan terbentuknya kristal es kecil, dan kerusakaan mikroba rendah, kerusakan tekstur kecil. Sedangkan Pembekuan lambat , terjadi beberapa perubahan diantaranya kristal es besar, kerusakan mikroba tinggi, dan kerusakan tekstur besar.

·  Perubahan Selama Pembekuan
Terdapat air yang tidak beku. Dari segi warna terdapat 2 macam diantaranya, degradasi pigmen dan pencoklatan.
Dari segi tekstur terdapat beberapa kenampakan yang berbeda, diantaranya,  di enaturasi protein, Aktivitas proteolitik dan lipolitik, Rekristalisasi.
Dari segi Cita rasa terdapat2 macam yaituOksidasi lemak
Aktivitas proteolitik dan lipolitik, nutrisi kehilangan vitamin larut air dan adanya dripping.
·  Operasi Pra Proses Untuk Produk Beku
Blanching, Perendaman dalam asam askorbat/sulfit, Pelapisan buah dengan gula
dan perubahan pH

·  Pencairan
         Pencairan/Thawing adalah Proses mencairnya bahan-bahan yang dibekukan. Proses  ini bertujuan untuk reabsorpsi cairan oleh dinding sel, mengurangi kerusakan tekstur, dan mengurangi dripping. Adapun salahsatu cara yaitu dengan perendaman airatau dengan dialiri air. Proses thawing (pencairan) makanan beku sebaiknya di tempat atau wadah tertutup untuk menghindari masuknya mikroba.Sebaiknya tidak menyisakan bahan makanan tersebut untuk dibekukan kembali. Bahan pangan beku yang sudah mengalami proses thawing, kualitasnya kemungkinan menurun, baik dari segi cita rasa, tekstur, maupun nilai gizinya. 

Teknologi Pengolahan Pasca Panen & Suhu Rendah.

RIRIS TRI PURNAWATI  111710101024- B8
Teknologi Pengolahan Pasca Panen
            Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
1.      Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian
     pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.

2.      Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
     Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
     sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
     mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
     fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
     (sekitar 10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.

3.      Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
     kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah
      yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
      itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
      segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga berperan
      menutup luka yang terjadi pada saat panen.

4.       Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
       pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan
       untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.

5.      Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
       untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
       dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang
       terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
       desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
       disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
       simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
       pencucian dapat menunda kematangan.

6.      Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
       asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak dikehendaki. Persyaratan Cleaning sangat diperlukan guna menghindari segala resiko yang akan terjadi seperti Efisiensi tinggi mempermudah cepatnya proses pembersihan, pengambilan kontaminan sempurna sehingga mencegah terjadinya kontaminasi dari beberapa faktor seperti di atas. Cara dan peralatan sesuai dan memadai untuk menyediakan berbagai keperluan sehingga melancarkan proses tersebut. Aseptabilitas bahan tinggi yang menyortir kandungan bahan yang mengandung mikroba akibat kontaminasi yang menimbulkan mikotoksin. Kerusakan bahan kecil  ini terjadi karena berbagai faktor seperti suhu, lingkungan, gesekan dan kelisisan bahan.

7.      Sortasi dan Grading
Sortasi dan grading adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian dalam industri pengolahan makanan, tetapi sesungguhnya merupakan operasi yang berbeda.
Penyortiran adalah pemisahan berdasarkan properti terukur tunggal unit bahan baku, sedangkan grading adalah "penilaian kualitas keseluruhan makanan menggunakan nomor atribut .Grading produk segar juga dapat didefinisikan sebagai 'menyortir menurut kualitas ', seperti menyortir biasanya upgrade produk. Hampir semua produk makanan menjalani semacam operasi penyortiran.
v  Kriteria dan Metode Sorting
§  Sortasi dilakukan berdasarkan sifat fisik individu.
Berat biasanya metode yang paling tepat dari penyortiran, karena tidak tergantung pada geometri produk.
§  Kerugiannya pemilahan berat adalah waktu yang relatif lama yang dibutuhkan per unit; dan lainnya.
v  Grading
§  Grading adalah klasifikasi berdasarkan kualitas,selain itu juga dapat dilakukan dengan cara penyortiran warna yaitu dengan cara penyinaran menggunakan sinar inframerah dan gelombang mikro.
8.      Blansing
            Blansing adalah perlakuan panas ringan, tapi bukan merupakan metode pengawetan. Ini adalah perlakuan awal biasanya dilakukan antara persiapan dan pengolahan selanjutnya. . Blansing terdiri
dari memanaskan makanan dengan cepat ke suhu yang telah ditentukan, memegang untuk ditentukan waktu, maka baik pendinginan cepat atau lewat langsung dengan pengurusan berikutnya. Tujuan utama blansing yang sering untuk menonaktifkan enzim, yang tidak akan mengakibatkan penurunan kualitas dalam produk olahan. Sebagai contoh,
dengan makanan beku, kerusakan dapat terjadi selama penundaan sebelum
pengolahan, selama pembekuan, selama penyimpanan beku atau selama pencairan berikutnya.
            Blansing menyebabkan penghapusan gas dari jaringan tanaman, terutama antar gas. Hal ini sangat berguna sebelum pengalengan blansing membantu mencapai vacuo dalam wadah, mencegah perluasan udara selama pengolahan sehingga mengurangi ketegangan pada wadah dan risiko cacat kaleng dan / atau jahitan rusak.beberapa teknik yang ada dalam balnsing: Pengolahan Kondisi dan blansing Peralatan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk baik dari bahan baku itu sendiri ataupun dari faktor luar seperti kontaminasi mikroorganisme, baik organisme sendiri dan produk-produk beracun menyebabkan penurunan kualitas, serta masalah keamanan.
 Untuk menghindarinya banyak cara yang dilakukan yaitu penyimpanan. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi produk dari kerusakan akibat kontaminasi dan pembusukkan.
 Dari penyimpanan ini, faktor utama yang mengatur kualitas makanan yang tersimpan adalah suhu, uap air / kelembaban dan komposisi atmosfer. Bahan baku yang berbeda ini akan memberi tantangan yang berbeda.
 Metode utama yang digunakan dalam penyimpanan bahan baku seperti kontrol
suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer.
Sebelum proses pengolahan terlebih dahulu semua bahan makanan mentah dibersihkan tujuannya untuk menghindari kontaminasi.
SUHU RENDAH
·  Proses Suhu Rendah
1. Pembekuan adalah unit dalam operasi mengurangi suhu makanan. Dimana hal ini                 bertujuan untuk mengurangi jumlah kontaminan.
  1. Kerusakan makanan dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba  dimana mikroba tersebut dapat menurunkan kualitas  makanan, tentunya dengan merusak kandungan protein dan lemaknya
  2. Jenis mikroba yang tahan terhadap perlakuan suhu rendah diantaranya Thermoilik (35-55 C), ,Mesofilik (10- 40 C) , Dan Psikfilik (-5 – 15 C)
  3. Macam-macam Penyimpanan diantaranya penyimpanan dingin, penyimpanan beku dan Deep Chiling (-3 – 0 C).

·  Penyimpanan Dingin
            Penyimpanan dingin atau Suhu rendah dapat mengurangi aktivitas air sehingga mengurangi jumlah mikroba yang mengkontaminasi. Selain  itu suhu dingin dapat mengurangi produksi enzimatik dalam mikrobiologi. Daya simpan juga ditentukan oleh jenis bahan dimana lemak, protein juga karbohidrat disukai oleh mikroba. Pengontrolan yang hiegenis, metode pengemasan yang baik dan aman, suhu selama distribusi dan juga suhu penyimpanan. Sedangkan kerusakan pangan dipengaruhi oleh kualitas, racun, dan tekstur.

·  Perubahan Komponen Pangan
            Komponen penting yang terdapat pada makanan diantaranya karbohidrat, Protein, vitamin dan lemak.  karbohidrat dapat memecah gula menjadi asam dan gas. Sedangkan Protein  mengubah asam amino menjadi alkohol amoniak dan gas. Lemak dapat mengalami proses oksidase  dengan lemak menghasilkan  racun. Sedangkan vitamin dapat larut pada lemak yang teroksidasi.

·  Cara Penyimpanan Dingin
            Berikut adalah beberapa cara menyimpan pada suhu dingin adalah penyediaan bahan dan wadah yang bersih, terdapat sirkluasi udara yang cukup,  Sebaiknya suhu makanan yang didinginkan berada padsuhu 55 C, dan  dikombinasi dengan pengemasan.

·  Penyimpanan Beku
            Dalam hal penyimpanan beku makanan, terdapat beberapa komponen penting diantaranya penurunan jumlah mikroba, terjadinya aktivitas air (Aw) yang rendah, suhu lebih kecil titik beku, kristalisasi air dalam bahan pangan, perusakan mikroba dan cara pembekuan.

·  Mekanisme Pembekuan
            Dalam proses pembekuan terdapat beberapa mekanisme yang perlu dilakukan diantaranya penurunan keasaman, migrasi komponen kimia, permeabilitas sel hilang, pembekuan air ekstra seluler, migrasi air intraseluler sehingga terjadi dehirasi dan pengkerutan.

·  Macam Pembekuan
         Terdapat dua jenis pembekuan diantaranya pembekuan cepat dan pembekuan lambat. Pembekuan cepat ditandai dengan terbentuknya kristal es kecil, dan kerusakaan mikroba rendah, kerusakan tekstur kecil. Sedangkan Pembekuan lambat , terjadi beberapa perubahan diantaranya kristal es besar, kerusakan mikroba tinggi, dan kerusakan tekstur besar.

·  Perubahan Selama Pembekuan
Terdapat air yang tidak beku. Dari segi warna terdapat 2 macam diantaranya, degradasi pigmen dan pencoklatan.
Dari segi tekstur terdapat beberapa kenampakan yang berbeda, diantaranya,  di enaturasi protein, Aktivitas proteolitik dan lipolitik, Rekristalisasi.
Dari segi Cita rasa terdapat2 macam yaituOksidasi lemak
Aktivitas proteolitik dan lipolitik, nutrisi kehilangan vitamin larut air dan adanya dripping.
·  Operasi Pra Proses Untuk Produk Beku
Blanching, Perendaman dalam asam askorbat/sulfit, Pelapisan buah dengan gula
dan perubahan pH

·  Pencairan
         Pencairan/Thawing adalah Proses mencairnya bahan-bahan yang dibekukan. Proses  ini bertujuan untuk reabsorpsi cairan oleh dinding sel, mengurangi kerusakan tekstur, dan mengurangi dripping. Adapun salahsatu cara yaitu dengan perendaman airatau dengan dialiri air. Proses thawing (pencairan) makanan beku sebaiknya di tempat atau wadah tertutup untuk menghindari masuknya mikroba.Sebaiknya tidak menyisakan bahan makanan tersebut untuk dibekukan kembali. Bahan pangan beku yang sudah mengalami proses thawing, kualitasnya kemungkinan menurun, baik dari segi cita rasa, tekstur, maupun nilai gizinya. 

Assignment Fermentasi


1.    1.   Untuk proses fermentasi menggunakan mikroba yang bersifat shear sensitive, fermenter yang tepat digunakan adalah fermentor jenis air-lift. Fermentor air-lift bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis antara bagian cairan kultur yang kaya udara dalam riser dan cairan kultur yang kurang udara di dalam downcomer. Media fermentasi cair bersirkulasi digerakkan melalui riser oleh udara (gas lain, kadang oksigen murni) dipompa menuju bagian dasar melalui sparger. Karena mikroba shear sensitive adalah mikroba yang tidak tahan dengan adanya pengadukan secara mekanis. Jadi, tidak ada pengocokan mekanis pada fermentor jenis ini.

2.      Suatu produk intraselluler diproduksi melalui proses fermentasi batch. Langkah pertama proses recovery produk tersebut adalah distrupsi sel, karena distrupsi adalah perubahan  morfologi  yang terjadi setelah pembentukan struktur organ sehingga produk yang ada di dalam sel, karena adanya pengerusakan sel (disrupsi sel) akan membuat produk yang terkandung di dalam sel keluar yang terjadi akibat perubahan morfologi sel.

3.      Untuk mengendalikan terjadinya evaporasi media pada fermentasi submerged culture diperlukan alat penunjang berupa kondensor. Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna untuk membuang kalor dan mengubah uap menjadi cairan kembali, karena Mekanisme yang terjadi pada kondensor yaitu saat substrat yang berada didalam tangki menguap, uapnya akan masuk ke dalam kondensor. Uap yang bersuhu tinggi tersebut didinginkan oleh kondensor.  Suhu uap didalam kondensor ini akan turun tetapi tekanannya tetap tidak berubah. Bila penurunan suhu gas mencapai titik pengembunannya maka akan terjadi proses pengembunan (kondensasi), dalam hal ini terjadi perubahan wujud gas (uap) menjadi liquid. Sehingga evaporasi dapat diminimalisir dan terkontrol dengan baik.

4.      Untuk mencegah terjadinya pemusatan bahan tidak larut dalam media selama proses fermentasi menggunakan fermenter berpengaduk yang menyebabkan ketidakhomogenan media diperlukan alat penunjang yaitu Baffles, baffle diletakkan secara vertikal pada fermenter. Saat impeller melakukan pengadukan, baffle yang berada disisi fermenter akan menghalangi arus perputaran cairan yang terjadi secara pemusatan yang mengakibatkan bahan tidak larut sempurna, karena mencegah terbentuknya fortek dan pemusatan bahan yang cenderung ditengah akan mampu merata kesegala sisi.

5.      Untuk mengatur kandungan oksigen terlarut dalam media fermentasi aerob diperlukan alat penunjang yaitu aerator dan agitator, karena kandungan bahan yang terlarut serta nutrisi yang ada di dalamnya dapat tercampur secara maksimal serta lebih merata, sehingga proses fermentasi berlangsung secara optimal. Fungsi dari aerator atau pompa itu sendiri adalah menyuplai udara ke dalam media fermentasi, dan sekaligus menguapkan atau mendorong hasil sisa-sisa pembakaran ke luar dari media fermentasi.
Aerator dikatakan baik, jika arus listrik yang menggerakkannya kecil, tetapi udara yang ditiupkannya relatif banyak dan terdapat adanya spreaderagar udara yang masukmudah larut dalam media tersebut. Sedangkan fungsi dari agitator adalah untuk meratakan aliran udara dari aerator, sehingga semua ruang dalam media fermentasi mendapatkan suplai udara dari luar, selain itu menghomogenkan media dengan mikroorganisme.

6.      Mengapa fermenter harus bisa dioperasikan secara aseptis? Karena dalam suatu fermenter harus dalam kondisi yang aseptis, supaya tidak ada bakteri lain yang tidak diinginkan, yang mampu mengkontaminasi produk. Sehingga mikroba yang diharapkan dapat bekerja secara optimal dan proses fermentasi tidak terganggu.

7.      Untuk meningkatkan efisiensi aerasi pada fermentasi batch diperlukan alat penunjang yaitu Baffles. Karena baffles dapat mencegah terbentuknya vortek (pusaran) air akibat agitasi. Sehingga dengan adanya buffel proses agitasi yang seharusnya menjadi tidak terganggudan proses fermentasi berjalan secara optimal.

8.      Water jacket diperlukan dalam fermenter untuk sistem pendingin. Sistem ini bermanfaat untuk mengatur suhu dalam fermentor yang dilakuan dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket fermentor agar suhu dalam fermentor terkontrol, sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi tidak terganggu dan tidak mati.

9.      Untuk melakukan proses scale up perlu diperhatikan parameter internal dan eksternal, karena parameter internal meliputi jenis dan galur mikroba pemroses. Sedangkan parameter internal meliputi suhu inkubasi, pH medium, agitasi, aerasi, konsentrasi inokulum, konsentrasi substrat, tipe bioreaktor, pre-treatment substrat dll. Parameter-parameter tersebut dapat mengoptimalkan proses scale up.
            Faktor utama yang menyangkut scale-up yaitu: Perbandingan antara permukaan atau volume yang berubah, Pertumbuhan mikroba, Sterilisasi, dan faktor lingkungan.

10.  Dalam proses fermentasi continuous culture  perlu memperhatikan kecepatan pertumbuhan sel dan kecepatan pembentukan produk karena keadaan konstan saat proses berlangsung (steady state) yang artinya kecepatan konversi substrat menjadi produk dan massa sel akan seimbang dengan kecepatan outputnya sehingga kecepatan sel dan lingkungan kultur tidak berubah dengan perjalanan waktu.karena dalam hal ini dilakukan supaya pemberian perlakuan dari waktu ke waktu tidak berlebihan atau kekurangan. Sehingga hasil produk fermentasi yang diinginkan dapat sesuai. Perlakuan tersebut yaitu suhu, pH, aerasi, substrat, dan pengadukannya.

11.  Jelaskan perbedaan sifat tumbuh mikroorganisme pada kultur batch dan continuous!
Pada fermentasi sistem tertutup (batch culture) tidak dilakukan lagi penambahan nutrisi atau substrat setelah dilakukan inokulasi ke dalam medium steril didalam fermentor, kecuali penambahan oksigen, anti buih dan asam atau basa untuk pengaturan pH. Sehingga mikroorganisme yang dihasilkan pertumbahannya akan mengalami fase stasioner dan jumlahnya menurun akibat kekurangan nutrisi yang dibutuhkan.
 Sedangkan fermentasi sistem kontinyu nutrisi dan substrat ditambahkan terus menerus kedalam fermentor dan produk dipindahkan dari tangki fermentor secara terus menerus. Sehingga mikroorganisme tidak banyak mengalami fase stasioner dan jumlahnya akan tetap atau “steady state”.

12.  Metabolit mikroba yang bersifat growth associated adalah mikroba yang mampu memproduksi senyawa yang berupa metabolit primer. Waktu yang terbaik untuk melakukan proses pemanenan terhadap jenis metabolit tersebut adalah pada saat fase eksponensial karena pada saat fase eksponensial sel mikroorganisme selalu meningkat dengan kecepatan maksimum yang konstan. Produk yang dihasilkan sangat maksimal karena nutrisi pada fase ini tersuplai sangat banyak.



------------------------semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan :)------------------------------