Rabu, 17 Oktober 2012
Analisis Karbohidrat (matkul Analisis Mutu)
Karbohidrat
Karbohidrat adalah segolongan besarsenyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar(misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun
(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Secara biokimia, karbohidrat adalah
polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan
senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat
digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.
Komponen bahan pangan yang tersusun
oleh 3 unsur utama yaitu: karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Kelompok
karbohidrat berdasar struktur kimia yaitu struktur yang sederhana (monosakarida
dan disakarida). Oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida,
galaktooligosakarida) dan dekstrin yang memiliki rantai lebih pendek dari
polisakarida. Struktur yang kompleks atau polisakarida (pati, glikogen,
selulosa dan hemiselulosa).
Kelompok karbohidrat berdasar kemampuan untuk
dicerna oleh tubuh manusia yaitu karbohidrat dapat dicerna (monosakarida,
disakarida, dekstrin, dan pati). Karbohidrat tidak dapat dicerna
(serat/selulosa dan hemiselulosa).
Monosakarida
Kelompok karbohidrat yang paling
sederhana, berasa manis, larut dalam air, dan dapat dikristalkan. Karbohidrat
lain dapat diubah menjadi monosakarida melalui proses hidrolisis sempurna (asam
atau enzim). Mengandung 3-6 atom karbon dan disebut triosa, tetrosa, pentosa,
dan heksosa. Ditinjau dari gugus fungsional: Monosakarida mengandung gugus
aldehida atau karbonil (-C=CO) pada C1 yang disebut aldosa (glukosa,
galaktosa). Monosakarida mengandung gugus keton (-C=O) pada C2 dan disebut
Ketosa (fruktosa).
Gula banyak mengandung gugus
hidroksil (-OH) sehingga mudah membentuk ikatan hidrogen antar
molekul-molekulnya atau dengan molekul lain (misal air). Struktur cincin
karbohidrat (proyeksi haworth) berbentuk struktur piranosa (segi 6) dan
furanosa (segi 5). Gula-gula sederhana, terutama yang memiliki gugus karbonil
(seperti glukosa dan galaktosa) dapat teroksidasi membentuk gugus karboksil dan
mereduksi komponen lain yang disebut gula pereduksi (reducing sugar). Analisis
penetapan gula yang berdasar kemampuan gula pereduksi komponen lain (metode
Lane-Eynon dan Somogyl). Gula pereduksi berperan dalam reaksi mailard
(pencoklatan non-enzimatis). Gula pereduksi bereaksi dengan protein (asam
amino).
Disakarida
Terbentuk dari duamolekul
monosakarida yang berkaitan melalui ikatan gikosida/glikosidik dengan
membebaskan 1 molekul air. Contoh: sukrosa (terbentuk dari glukosa dan
fruktosa, a-1,2),
maltosa (terbentuk dari dua molekul gukosa, a-1,4), laktosa
(terbentuk dari glukosa dan galaktosa, β-1,4).
Disakarida dapat dihidrolisis dengan asam atau enzim membentuk molekul
monosakarida penyusunnya.
Pati
Polisakarida yang diekstrak dari
tanaman seperti beras, jagung, ketela pohon, ubi jalar, sagu, pisang mentah,
sukun mentah, buah mentah, dsb. Pati tersusun oleh 2 kelompok makromolekul
yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa dan amilopektin disusun oleh monomer a-D-glukosa
yang berikatan satu sama lain molekul ikatan glikosida. Amilosa tersusun oleh
molekul glukosa dengan ikatan a-1,4-glikosida membentuk homopolimer
yang linier. Terdiri 200-20.000 unit glukosa berbentuk heliks. Amilopektin
tersusun oleh molekul glukosa dengan ikatan a-1,4-glikosida
membentuk homopolimer yang linier da juga terdapat ikatan a-1,6-glikosida
membentuk struktur percabangan. Terdiri lebih dari 2 juta unit glukosa dan
setiap 20-30 unit glukosa membentuk struktur percabangan. Pati dalam bahan
pangan terdapat dalam bentuk granula (tempat dimana amilosa dan amilopektin
berada). Perbandingan antara amilosa dan amilopektin berbeda-beda pada bahan
pangan.
Serat Makanan
Karbohidrat yang tidak dapat
dicerna dan terdapat dalam bahan pangan. Terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin, pektin, dan gom. Serat ada yang bersifat larut larut dalam air (pektin
dan Gom) dan tidak larut air .
Analisis Karbohidrat Yang Dapat Dicerna
Metode yang
sering digunakan dalam analisis karbihidrat dalam bahan pangan antara lain
penentuan total karbohidrat dengan metode by difference dan kadar gula dengan
metode refraktometri, polametri, kolometri, volumetric/titrimetri, metode enzim
dan HPLC.
Kadar
karbohidrat by difference digunakan untuk table komposisi bahan pangan atau
analisis proksimat. Karbohidrat total by difference diperoleh dari hasil
pengurangan angka 100 dengan presentasi komponen lain.
Karbohidrat
total = 100 – (% air + % abu + % protein + % lemak)
Persiapan contoh analisis gula
Tujuan
persiapan contoh analisis gula yaitu untuk memisahkan gula dari matrik bahan
pangan. hasil dari persiapan contoh ini digunakann untuk analisis total gula,
analisis gula pereduksi, dan analisis gula non pereduksi. Contoh dipisahkan
dari komponen yang dapat mengganggu analisis seperti senyawa nitrogen, lipida,
fenolik, dan pigmen-pigmen yang larut. Pigmen (klorofil,karotenoid) dan lipida
dipisahkan dengan mengekstrak dengan petroleum ether (gula tidak larut).
Pigmen, senyawa berwarna, dan koloid juga dapat dihilangkan dengan arang aktif
atau timbal asetat basa (Pb-asetat).protein dihilangkan dengan cara
mengendapkan senyawa yang mengganggu penetapan gula metode reduksi dan
kolorinetri dengan menambahkan etanol sehingga protein menggumpal kemudian
dipisahkan dengan penyaringan atau pengendapan dengan logam-logam berat seperti
Zn(OH)2.
Contoh cair
Contoh dibuat
basa dengan menambahkan CaCO3 sehingga asam-asam yang terdapat dalam
contoh tidak menghidrolisis gula selama pemanasan contoh bertujuan untuk
inaktivasi enzim-enzim penghidrolisis gula. Penambahan Pb-asetat basa untuk
menghilangkan pigmen, senyawa berwarna, dan koloid.
Contoh padat
Contoh
diekstraksi dengan alkohol 80% untuk memisahkan gula dalam contoh dengan
komponen lain. Kebanyakan gula sensitif terhadap alkohol konsentrasi tinggi,
sehingga alkohol perlu dihilangkan dengan pemanasan rendah.
Prosedur kerja pada persiapan contoh cair
1.
Contoh dimasukkan dalam gelas piala, tambahkan
air destilata dan CaCO3.
2.
Didihkan contoh selama 30 menit, kemudian
dinginkan.
3.
Pindahkan contoh ke dalam labu takar 250 ml.
4.
Tambahkan contoh dengan 1,5-2,5 ml larutan
Pb-asetat jenuh, sampai larutan menjadi jernih.
5.
Tepatkan volume larutan contoh sampai tanda tera
dengan air destilata.
6.
Kocok dan saring dengan kertas saring.
7.
Ambil filtrate contoh ke dalam gelas piala yang
lain. Tambahkan Na-oksalat kering ke dalam filtrate contoh untuk mengendapakan
Pb.
8.
Saring kembali filtrate contoh.
9.
Filtrate siap digunakan untuk analisis
karbohidrat.
Persiapan
contoh padat
1. 20 g contoh
padat dalam gelas piala, tambahkan 20 ml alkohol 80%.
2. Hancurkan
contoh dengan waring blender sampai semua gula terekstrak.
3. Pindahkan
hancuran contoh ke dalam gelas piala lain secara kuantitatif.
4. Saring
contodan pindahkan filtrate yang diperoleh ke dalam gelas piala lain.
5. Cuci sisa
padatan pada kertas saring dengan alkohol 80% sampai seluruh gula terlarut
masuk kedalam fasofiltrat.
6. Ukur nilai pH
dari filtrat contoh. Bila asam, tambahkan CaCO3 sampai basa dan
panaskan pada penangas air 100oC selama 30 menit.
7. Saring contoh
dengan kertas saring whatman nomer 2.
8. Uapkan alkohol
dari contoh dengan memanaskan filtrat pada penangas air 85oC.
9. Jika masih ada
endapan,saring kembali contoh.
10. Pindahkan
filtrate kedalam labu takar 250 ml. tepatkan volume sampai tanda tera dengan
air destilata.
11. Kocok labu
takar, saring, dan ambil filtratnya.
12. Tambahkan
Na-oksalat kering sebanyak 1,5 g untuk mengendapkan Pb dan saring kembali
contoh.
Analisi total
gula metode Anthrone
Gula dapat
beraksi dengan sejumlah pereaksi menghasilakn warna spesifik dimana intensitas
warna dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Pereaksi anthrone bereaksi dengan
karbohidrat dalam asal sulfat pekat mengahsilkan warna biru kehijauan.
Intensitas absorbansnya diukur pada 630 nm pereaksi anthrone
(9,10-dihidro-9-oksoantrasena) 0,1% dalam asam sulfat pekat.
Prosedur kerja
Pembuatan
kurva standar.
1.
Kedalam tabung reaksi bertutup, pipet larutan
glukosa standar sebanyak 0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ml (glukosa standar 0,2
mg/ml), lalu encerkan sehingga total volume masing-masing tabung 1,0 ml.
2.
Buat larutan blanko dengan cara memipet 1 ml air
destilata ke dalam tabung reaksi lain.
3.
Tambahkan pereaksi 5 ml Anthrone dengan cepat ke
dalam larutan glukosa standard an blanko kemudian tutup. Voertex dan kocok
hingga merata.
4.
Panaskan tabung reaksi di atas penangas air 100oC
selama 12 menit. Dinginkan
5.
Pindahkan larutan ke dalam kuvet dan baca
absorbans dengan UV-Vis spektrofotometer pada 630 nm.
6.
Buat plot kurva yaitu konsentrasi (g) glukosa
standar pada sumbu x dan nilai absorbans pada sumbu y.
Analisis total
gula (metode anthrone)
Analisis
contoh
1. Lakukan
pengenceran contoh
2. Masukkan
sebanyak 1ml contoh kedalam tabung reaksi tertutup
3. Lakukan
tahap seperti pada pembuatan kurva standar
Perhitungan
Tentukan konsentrasi gula dengan kurva standar dan
hitung pengenceran yang dilakukan
Total gula (%) =
Dimana
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
Analisis total
gula (metode fenol)
Metode ini digunakan untuk
menetapkan total gula semua bahan pangan. Langkah yang harus dilakukan adalah
menyiapkan contoh untuk analisis. Pada
metode ini gula sederhana, oligosakarida, plisakarida dan turunannya dapat
bereaksi dengan fenol dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna orany
kekuninggan yang stabil.
Prosedur:
Pembuatan kurva standar
1. Ambil
sebanyak 2ml larutan pada beberapa konsentrasi
2. Tambahkan
1ml larutan fenol (5%), lakukan vorteks
3. Tambahakan
5 ml larutan asam sulfat pekat dengan cepat secara tegak lurus kepermukaan
cairan
4. Diamkan
selama 10 menit, vorteks, dan tempatkan dalam penangas air selama 15 menit
5. Ukur
absorbansnya pada 490nm untuk hekstosa sedangkan untuk pentosa dan asam uronat
480 nm.
6. Buat
plot kurva standar. Lalu tentukan persamaan regresi linier.
Analisis contoh
1. Lakukan
pengenceran contoh
2. Masukkan
2ml contoh ke dalam tabung reaksi dan lakukan
tahap seperti pada pembuatan kurva standar.
Perhitungan:
Konsentrasi
gula ditentukan dengan menggunakan kurva standar.
Perhitungan
pengenceran
Total
gula (%) =
Dimana:
G
= konsentrasi gula dari kurva standart (gram)
FP
= faktor pengenceran
W
+ berat contoh (gram)
Analisis gula reduksimetode lane-eynon
Konsentrasi gula pereduksi dalam bahan
pangan dapat ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi pereaksi lain.
Analisis metode ini dilakukan secara volumetri dengan titrasi/tetrimetri. Kegunaan
metode ini untuk menentukan gula reduksi dalam bahan padat dan cair. Metode ini
didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi fehling oleh gula-gula perduksi. Penetapan gula
pereduksi adalah
pengukuran volume larutan pereduksi standar yang dibutuhkan untuk mereduksi
pereaksi tembaga (III) oksida (Cu2O). Udara yang mempengaruhi reaksi
dikeluarkan dari campuran reaktan dengan cara mendidihkan selama titrasi.
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengam
metilen blue yang warnanya akan hilang karena adanya kelebihan gula.
Reaksi kimia yang terjadi selama analisis
R-COH
(gula pereduksi) +CU2+ → RCOOH (gula teroksidasi) +CU+
Pereaksi :
Fehling
A berisi tembaga (III) yaitu CuSO4 .
5H2O dan H2SO4
Fehling
B berisi garam Rochelle atau potasium sodium tartat tetrahidrat
Prosedur
kerja
standarisasi
larutan fehling
1. Masukkan
10 ml laruta campuran Fehling A dan B kedalam erlenmeyer dan tambah 2-4 tetes
metilen blue 0,2%.
2. Kemudian
lakukan tahapan seperti pada analisis contoh.
Analisis
contoh
1. Campurkan
larutan fehling A dan B dengan volume yang sama
2. Pipet
10 ml larutan dari hasil persiapan contoh kedalam erlemeyer
3. Tambahkan
kedalam erlenmeyer 10 ml larutan campuran fehling A dan B serta 2-4 tetes
metilen blu 0,2 %.
4. Panaskan
campura larutan di atas hot plate magnetic stirrer
5. Setelah
mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula standart sampai warna biru hilang
6. Titrasi
dilakukan dengan cepat, maka perlu ditambahkan larutan glukosa standar dengan
volume tertentu.
Perhitungan
Gula
pereduksi (%) =
Dimana
Vo
= volume larutan glukosa standar untuk titrasi larutan Fehling (ml)
Vs
= volume larutan glukosa standar untuk titrasi contoh (ml)
G
= konsentrasi larutan glukosa satandar (g/ml)
Ts
= volume contoh total dari persiapan contoh (ml)
T
= volume contoh yang diperlukan untuk titrasi (ml)
W
= berat contoh
F
= faktor pengenceran
Analisis gula reduksi
(metode nelson-somogyl)
Metode ini digunakan
untuk menentukan gula pereduksi dalam bahan padat atau cair. Tetapi perlu
dilakukan persiapan contoh gula terlebih dahulu. Metode ini didasarkan pada
reaksi reduksi pereaksi tembaga sulfat oleh gula-gula pereduksi. Gula perdeuksi
mereduksi pereaksi tembaga (II) basa menjadi tembaga (I) oksida (Cu2O)
dengan arsenomolibdat membentuk senyawa kompleks berwarna. Pereaksi tembaga sulfat mengandung Na2HPO
4, sodim potasium tartarat, NaOH, CuSO4, NaSO4. Sedangkan pereaksi arsenomolibdat mengandung
amonium molibdat H2SO4, Na2H2SO4.7H2O.
Analisis Gula Reduksi (Metode Nelson - Somogyi)
Prosedur
kerja :
1. Pipet
sebanyak 2 ml larutan dari hasil persiapan contoh ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 2 ml pereaksi tembaga sulfat dan tutup tabung reaksi
2. Tempatkan
tabung reaksi dalam penangas air 100oC selama 10 menit, kemudian
dinginkan selama 5 menit dalam air mengalir
3. Tambahkan
1 ml pereaksi arsenomolibdot, vortex.
4. Encerkan
samapi volume tertentu antara 10 – 25 ml, tergantung kepekatan warna larutan
5. Ukur
absorbans pada 250 nm
6. Blanko
dibuat dengan cara yang sama seperti tahapan diatas, kecuali contoh diganti
dengan cair
7. Buat
kurva standar dari larutan glukos standar dengan cara yang sama seperti
analisis contoh.
Perhitungan
Kandungan gula pereduksi dalam
contoh ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan gula non – pereduksi
dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula dengan kadar gula
pereduksi.
Total
gula = gula pereduksi + gula non – pereduksi
Analisis Total Pati, Amilosa,
Amilopektin
Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan
secara volumetric / titrimetri atau kalorimetri. Penentuan pati dengan cara
menghidrolisis pati secara sempurna menjadi glukosa. Hidrolisis pati menjadi
gula :
1. Perlakuan
asam : memecah ikatan glikosidik yang mehubungkan antar glukosa
2. Secara
enzimatis (enzim -amilase
dan glukoamilase) : enzim memecah molekul – molekul
amilosa dan amilopektin menjadi gula sederhana.
Kandungan
glukos dapat ditentukan dengan menggunakan metode penetapan gula seperti metode
Anthrone, metode ferol, dll. Kandungan pati ditentukan menggunakan factor
pengali (0,9), dimana kandungan pati adalah kandungan glukosa x 0,9.
Kandungan
amilosa ditentukan berdasarkan kemampuan amilosa untuk bereaksi dengan senyawa
iod untuk menghasilkan kompleks berwarna biru. Intensitas warna biru tergantung
pada kadar amilosa dan dapat ditentukan secara spektrofotometri. Kandungan
amilopektin ditentukan sebagai selisih antara kandungan pati dengan amilosa.
Pati = amilosa + amilopektin
Prosedur Kerja Analisis Total Pati
Persiapan
Contoh
1.
Masukkan sebanyak 2 – 5
g contoh padat atau cair ke dalam gelas (untuk contoh padat perlu dihaluskan
dahulu)
2.
Tambahkan ke dalam
gelas piala sebanyak 50 ml alkohol 80%. Aduk selama 1 jam
3.
Saring suspensi yang
terbentuk dengan kertas saring dan cuci dengan air sampai volume filtrat 250 ml
(filtrat ini mengandung karbohidrat yang larut dan dibuang)
4.
Untuk menghilangakn
lemak, cuci pati yang terdapat sebagai residu dengan 10 ml eter (sebanyak 5 kali).
Saring setiap pencucian dengan kertas saring. Biarkan menguap eter yang tersisa
dalam residu.
5.
Cuci lagi residu dengan
150 ml alkohol 10% untuk membebaskan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut.
6.
Pindahkan residu secara
kuantitatif dari kertas saring ke dalam gelas piala dengan cara pencucian
dengan 200 ml air. Tambahkan 20 ml HCl 25%.
7.
Tutup suspensi residu
di dalam gelas piala dengan pendinginan balik (kondensor).
8.
Setelah didinginkan,
netralkan larutan yang terbentuk dengan larutan NaOH 45% dan masukkan ke dalam
labu takar 500 ml secara kuantitatif.
9.
Tepatkan larutan sampai
tanda tera dengan menggunakan air destilat.
10. Saring
kembali larutan dengan menggunakan kertas saring.
Analisis contoh
Filtrate
diperoleh dari persiapan contoh dianalisis kadar glukosa dengan menggunakan
analisis gula pereduksi (metode Lane – Eynon atau Nelson - Somogyi).
Perhitungan
Berat
pati dalam contoh diperoleh dengan mengalikan berat glukosa dengan 0,9. Angka
0,9 adalah factor konversi untuk pembentukan glukosa dari hidrolisis pati.
Prosedur Kerja Analisis Amilosa
Pembuatan
kurva standar
1. Timbang
sebanyak 40 mg amilosa murni dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan
ke dalam tabung reaksi 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N.
3. Panaskan
tabung reaksi di dalam air mendidih sekitar 10 menit sampai semua amilosa
membentuk gel.
4. Setelah
didinginkan, pindahkan campuran secara kuantitatif ke dalam labu takar 100ml
dan tepatkan dengan air sampai tanda tera
5. Pipet
gel amilosa (beberapa seri konsentrasi) ke dalam labu takar 100ml
6. Tambahkan
ke dalam masing – masing labu takar asam asetat 1N, kemudian tambahkan masing –
masing 2 ml larutan iod.
7. Tepatkan
larutan iod dengan air hingga tanda tera.
8. Setelah
didiamkan selama 20 menit, ukur absorbans dari intensitas warna biru dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
9. Buat
kurva standar sebagai hubungan antara kadar amilosa (sumbu x) dengan absorbans
(sumbu y)
Analisis contoh
1. Gunakan
contoh tepung yang mengandung pati (apabila contoh mengandung komponen lain
maka pati perlu diekstrak dahulu)
2. Timbang
sebanyak 100mg contoh dan masukkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan
ke dalam tabung reaksi 1ml etanol 95% dan 9ml NaOH 1 N.
4. Panaskan
tabung reaksi selama 10 menit untuk menggelatinisasi pati
5. Setelah
didinginkan, masukkan pasta pati ke dalam labu takar 100ml dan tepatkan hingga
tanda tera dengan menggunakan air
6. Pipet
larutan pati tersebut dan dimasukkan ke dalam labu takar 100ml, lalu
ditambahkan asam asetat 1N, 2 ml larutan iod, dan air hingga tanda tera
7. Setelah
didiamkan selama 20 menit, ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada 625
nm.
Perhitungan
Kadar amilosa ditentukan dengan menggunakan kurva
standar, dengan menggunakan rumus :
Kadar amilosa
(%) =
Keterangan:
C = konsentrasi
amilosa contoh dari kurva standar (mg / ml)
V = volume
akhir contoh (ml)
FP = factor
pengali
W = berat
contoh (mg)
*Kadar
amilopektin (%) = kadar pati (%) – kadar amilosa (%)
Analisis Karbohidrat Yang Tidak
Dapat Dicerna
Analisis Karbohidrat Yang Tidak
Dapat Dicerna yaitu meliputi Analisis serat kasar (crude fiber) dan analisis
serat makanan (dietary fiber).
Serat kasar ditentukan dari residu setelah contoh
diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Serat makanan ditentukan berdasarkan
kadar acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergen fiber (NDF). ADF itu
sendiri terdiri dari sebagian besar selulosa dan lignin, dan sebagian kecil
hemiselulosa dan substansi pektat sehingga umumnya dianggap sebagai selulosa
dan lignin. NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Penetapan
lignin yaitu dengan metode klason. Sedangkan penetapan substansi pekat dengan
metode spektrifotometer. Kadar hemiselulosa diperoleh dengan menghitung selisih
kadar NDF dengan kadar ADF. Kadar selulosa diperoleh dengan menghitung selisih
kadar ADF dan kadar Lignin. Total serat makanan dihitung dengan menjumlahkan
kadar NDF dengan kadar substansi pektat. Serat kasar yaitu residu dari bahan
makanan yang telah diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih. Terdiri dari
selulosa, sedikit lignin dan pentosa.
Prosedur Kerja
1. Giling
contoh sampai halus sehingga dapat melewati saringan berdiameter 1 mm. Bila
contoh tidak dapat dihaluskan, maka digiling hingga homogen.
2. Timbang
sebanyak 2 gram contoh dan ekstrak lemaknya dengan menggunakan soxhlet dengan
pelarut petrolium eter.
3. Pindahkan
contoh yang sudah bebas lemak secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer. Tambahkan
0,5 g asbes yang telah dipijarkan dan 2 tetes zat anti buih.
4. Tambahkan
ke dalam erlenmeyer sebanyak 200 mL larutan H2SO4
mendidih.
5. Letakkan
erlenmeyer di dalam pendingin balik.
6. Didihkan
contoh di dalam erlenmeyer selama 30 menit dengan sesekali digoyang-goyangkan.
7. Setelah
selese saring suspensi dengan kertas saring.
8. Cuci
residu yang tertinggal dengan air mendidih. Pencucian dilakukan hingga air cucian
tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus).
9. Pindahkan
residu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali.
10. Cuci
kembali sisa residu di kertas saring dengan 200 mL larutan NaOH mendidih sampai
semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.
11. Didihkan
kembali contoh selama 30 menit dengan pendingin balik sambil sesekali
digoyang-goyangkan.
12. Saring
kembali contoh melalui kertas saring yang diketahui beratnya sambil dicuci
dengan K2SO4 10%.
13. Cuci
residu di kertas saring dengan air mendidih kemudian dengan alkohol 95%.
14. Keringkan
kertas saring dalam oven 1100C sampai 1-2 jam.
15. Setelah
didinginkan dalam desikator, timbang contoh.
16. Hitung
berat residu serat kasar dengan menghitung selisih antara berat contoh dan
kertas saring dengan berat kertas saring.
Perhitungan
Kadar serat kasar (g/100 g contoh) =
Dimana : W2 = berat residu dan kertas saring yang
telah dikeringkan (g)
W1 = Berat kertas saring
W = berat contoh yang dianalisis.
Analisis ADF
(Acid Detergent Fiber)
Dengan mengekstrak contoh dengan
lrutan ADF (setiltrimetil amonium bromida dalam H2SO4 1
N) sehingga seluruh komponen selain komponen ADF larut. Komponen yang tidak
larut disaring, dikeringkan, ditimbang, dan dikoreksi dengan kandungan mineral
yang ada dalam komponen (dengan cara menyabunkannya sehingga yang tinggal hanya
mineralnya). Kadar ADF dinyatakan sebagai selisih antara berat residu kering
setelah perlakuan dengan larutan ADF dengan berat abu dibagi dengan berat awal
contoh (dinyatakan dengan persen).
Analisis NDF
(Neutral Detergent Fiber)
Dengan mengekstrak contoh dengan larutan NDF
(terdiri dari campuran EDTA, Na2B2O710H2O,
laurit sulfat, Na2HPO, dan 2-etoksi-etanol) sehingga seluruh
komponen selain komponen NDF larut. Komponen yang tidak larut disaring,
dikeringkan, ditimbang, dan dikoreksi dengan kandungan mineral yang ada dalam
komponen. Sampel yang mengandung pati maka pati akan dihidrolisis dahulu dengan
enzim a-amilase
(karena pati menyulitkan pada proses penyaringan). Kadar NDF dinyatakan sebagai
selisih antara berat reidu kering setelah perlakuan dengan larutan NDF dengan
berat abu dibagi dengan berat awal contoh (dinyatakan dalam persen).
Analisis Serat
Makanan (Dietary Fiber)
Analisis
Lignin
Dengan mengekstrak contoh dengan
larutan ADF sehingga seluruh komponen selain selulosa dan lignin larut.
Selulosa yang ada dalam residu kemudian dihidrolisis dengan menggunakan H2SO4
72% sehingga yang tertinggal dalam residu hanya Lignin. Residu disaring,
dikeringkan, ditimbang, dan dikoreksi dengan kandungan mineral yang ada dalam
komponen. Kadar lignin dinyatakan sebagai elisih antara berat residu kering
yang mengandung lignin dengan berat abu dibagi dengan berat awal contoh
(dinyatakan dalam persen).
Analisis
Substansi PEKTAT
Metode spektrofotometri didasarkan
atas reaksi antara O-hidroksidifenil dengan anhidrogalakturonat menghasilkan
warna yang dapat diukur pada panjang gelombang 520 nm. Substansi pektat
dihidrolisis dengan enzim pektinase sehingga asam galakturonat. Metode
gravimetri yaitu dengan pektin yang telah diekstrak dari contoh disoponifikasi
dengan alkali dan diendapkan sebagai kalsium pektat dengan menambahkan kalsium
klorida dalam suasana asam. Endapan kalsium pektat dicuci sampai bebas klorida,
kemudian dikeringkan dan ditimbang beratnya.
Langganan:
Postingan (Atom)