1. 1. Untuk
proses fermentasi menggunakan mikroba yang bersifat shear sensitive, fermenter yang tepat digunakan adalah
fermentor jenis air-lift. Fermentor air-lift
bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis antara bagian cairan kultur yang kaya
udara dalam riser dan cairan kultur yang kurang udara di dalam downcomer.
Media fermentasi cair bersirkulasi digerakkan melalui riser oleh udara
(gas lain, kadang oksigen murni) dipompa menuju bagian dasar melalui sparger.
Karena mikroba
shear sensitive adalah mikroba yang
tidak tahan dengan adanya pengadukan secara mekanis. Jadi, tidak ada pengocokan mekanis pada fermentor
jenis ini.
2. Suatu produk intraselluler
diproduksi melalui proses fermentasi batch.
Langkah pertama proses recovery
produk tersebut adalah distrupsi sel, karena distrupsi adalah perubahan morfologi yang
terjadi setelah pembentukan struktur organ
sehingga
produk yang ada di dalam sel, karena
adanya pengerusakan sel (disrupsi sel) akan membuat produk yang terkandung di
dalam sel keluar yang terjadi akibat perubahan morfologi sel.
3. Untuk mengendalikan terjadinya
evaporasi media pada fermentasi submerged
culture diperlukan alat penunjang berupa kondensor.
Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna untuk membuang kalor dan mengubah
uap menjadi cairan kembali, karena
Mekanisme yang terjadi pada kondensor yaitu saat substrat yang berada didalam
tangki menguap, uapnya akan masuk ke dalam kondensor. Uap yang bersuhu tinggi
tersebut didinginkan oleh kondensor.
Suhu uap didalam kondensor ini akan turun tetapi tekanannya tetap tidak
berubah. Bila penurunan suhu gas mencapai titik pengembunannya maka akan
terjadi proses pengembunan (kondensasi), dalam hal ini terjadi perubahan wujud
gas (uap) menjadi liquid. Sehingga evaporasi dapat diminimalisir dan
terkontrol dengan baik.
4. Untuk mencegah terjadinya pemusatan
bahan tidak larut dalam media selama proses fermentasi menggunakan fermenter
berpengaduk yang menyebabkan ketidakhomogenan media diperlukan alat penunjang
yaitu Baffles, baffle diletakkan secara vertikal pada fermenter. Saat impeller
melakukan pengadukan, baffle yang berada disisi fermenter akan menghalangi arus
perputaran cairan yang terjadi secara pemusatan yang mengakibatkan bahan tidak
larut sempurna, karena mencegah
terbentuknya fortek dan pemusatan bahan yang cenderung ditengah akan mampu
merata kesegala sisi.
5. Untuk mengatur kandungan oksigen
terlarut dalam media fermentasi aerob diperlukan alat penunjang yaitu
aerator dan agitator, karena kandungan bahan yang terlarut
serta nutrisi yang ada di dalamnya dapat tercampur secara maksimal serta lebih
merata, sehingga proses fermentasi berlangsung secara optimal. Fungsi dari
aerator atau pompa itu sendiri adalah menyuplai udara ke dalam media
fermentasi, dan sekaligus menguapkan atau mendorong hasil sisa-sisa pembakaran
ke luar dari media fermentasi.
Aerator dikatakan baik, jika arus listrik yang
menggerakkannya kecil, tetapi udara yang ditiupkannya relatif banyak dan
terdapat adanya spreaderagar udara yang masukmudah larut dalam media tersebut.
Sedangkan fungsi dari agitator adalah untuk meratakan aliran udara dari
aerator, sehingga semua ruang dalam media fermentasi mendapatkan suplai udara
dari luar, selain itu menghomogenkan media dengan mikroorganisme.
6. Mengapa fermenter harus bisa
dioperasikan secara aseptis? Karena dalam suatu
fermenter harus dalam kondisi yang aseptis, supaya tidak ada bakteri lain yang
tidak diinginkan, yang mampu mengkontaminasi produk. Sehingga mikroba yang
diharapkan dapat bekerja secara optimal dan proses fermentasi tidak terganggu.
7. Untuk meningkatkan efisiensi aerasi
pada fermentasi batch diperlukan alat penunjang yaitu
Baffles. Karena baffles dapat mencegah
terbentuknya vortek (pusaran) air
akibat agitasi. Sehingga dengan adanya buffel proses agitasi yang seharusnya
menjadi tidak terganggudan proses fermentasi berjalan secara optimal.
8. Water jacket diperlukan dalam fermenter
untuk sistem pendingin. Sistem ini bermanfaat untuk mengatur suhu dalam
fermentor yang dilakuan dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket
fermentor agar suhu dalam fermentor terkontrol, sehingga pertumbuhan
mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi tidak terganggu dan tidak
mati.
9.
Untuk melakukan proses scale up
perlu diperhatikan parameter
internal dan eksternal, karena parameter internal meliputi
jenis dan galur mikroba pemroses. Sedangkan parameter internal meliputi suhu
inkubasi, pH medium, agitasi, aerasi, konsentrasi inokulum, konsentrasi
substrat, tipe bioreaktor, pre-treatment substrat dll. Parameter-parameter tersebut
dapat mengoptimalkan proses scale up.
Faktor
utama yang menyangkut scale-up yaitu: Perbandingan antara permukaan atau volume
yang berubah, Pertumbuhan mikroba, Sterilisasi, dan faktor lingkungan.
10. Dalam proses fermentasi continuous culture perlu memperhatikan kecepatan
pertumbuhan sel dan kecepatan
pembentukan produk karena keadaan konstan saat proses
berlangsung (steady state) yang artinya kecepatan konversi substrat menjadi
produk dan massa sel akan seimbang dengan kecepatan outputnya sehingga
kecepatan sel dan lingkungan kultur tidak berubah dengan perjalanan waktu.karena
dalam hal ini dilakukan supaya pemberian perlakuan dari waktu ke waktu tidak
berlebihan atau kekurangan. Sehingga hasil produk fermentasi yang diinginkan
dapat sesuai. Perlakuan tersebut yaitu suhu, pH, aerasi, substrat, dan
pengadukannya.
11. Jelaskan perbedaan sifat tumbuh mikroorganisme pada
kultur batch dan continuous!
Pada
fermentasi sistem tertutup (batch culture) tidak dilakukan lagi penambahan
nutrisi atau substrat setelah dilakukan inokulasi ke dalam medium steril
didalam fermentor, kecuali penambahan oksigen, anti buih dan asam atau basa
untuk pengaturan pH. Sehingga mikroorganisme yang dihasilkan pertumbahannya
akan mengalami fase stasioner dan jumlahnya menurun akibat kekurangan nutrisi
yang dibutuhkan.
Sedangkan fermentasi sistem kontinyu nutrisi
dan substrat ditambahkan terus menerus kedalam fermentor dan produk dipindahkan
dari tangki fermentor secara terus menerus. Sehingga mikroorganisme tidak
banyak mengalami fase stasioner dan jumlahnya akan tetap atau “steady state”.
12. Metabolit mikroba yang bersifat growth associated adalah
mikroba yang mampu memproduksi senyawa yang berupa metabolit primer. Waktu yang terbaik untuk melakukan proses
pemanenan terhadap jenis metabolit tersebut adalah pada saat fase
eksponensial karena pada saat fase
eksponensial sel mikroorganisme selalu meningkat dengan kecepatan maksimum yang
konstan. Produk yang dihasilkan sangat maksimal karena nutrisi pada fase ini
tersuplai sangat banyak.
------------------------semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan :)------------------------------
------------------------semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan :)------------------------------
Heheheh makasih artikel di atas, ternyata penulis masih adik kelas. Ane angkatan 2010 tapi baru menempuh Teknologi Fermentasi di semester 7, dapat kisi-kisi ujian dari Pak Jayus. Liat soal-soal taun kemarin, browsing jawaban dari soal-soal tersebut ternyata semua jawaban ada pada di artikel di atas.
BalasHapushihihihi
Salam manis dari THP UJ 2010 Badi Fals hihih